TEMPE DARI KACANG PANJANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kacang-kacangan
adalah salah satu bahan pangan potensial. Bahan pangan tersebut beserta produk
olahannya sangat mudah di jumpai di mana-mana. Bahkan, hampir setiap hari orang
mengonsumsinya. Kacang-kacangan merupakan bahan makanan yang murah dan mudah di
dapat seperti buncis, kacang merah, kacang polong, atau kacang kedelai.
Tempe merupakan
makanan yang dibuat dari proses fermentasi. Fermentasi tempe merupakan salah
satu bentuk penerapan ilmu mikrobiologi tradisional yang ada di Indonesia.
Tempe yang banyak dikenal adalah tempe yang dibuat dari fermentasi terhadap
biji kedelai atau beberapa bahan
lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, dan. stolonifer (kapang roti). Sehingga membentuk
padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal
sebagai “ragi tempe”. Pada dasarnya proses
pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur Rhizopus sp pada media
kedelai, sehingga terjadi
proses fermentasi kedelai oleh
ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi
lebih lunak, terurainya
protein yang terkandung dalam
kedelai menjadi lebih
sederhana, sehingga mempunyai daya cerna
lebih baik dibandingkan produk
pangan dari kedelai
yang tidak melalui
proses fermentasi.
Di Indonesia, jarang
sekali temukan tempe yang terbuat selain dari
kacang kedelai. Padahal jenis kacang-kacangan lainnya juga bisa
dijadikan bahan untuk pembuatan tempe jika gizinya cukup menunjang proses
fermentasi tempe seperti biji kacang panjang, biji kacang panjang juga memiliki
kandungan gizi yang cukup tinggi.
Persen Nilai
Harian berdasarkan Diet 2000 Kalori Nilai Harian Individu bisa lebih tinggi
atau lebih rendah tergantung pada kebutuhan kalori masing-masing. Biji kacang
panjang adalah sumber protein yang baik, vitamin A, thiamin, riboflavin, besi, fosfor,
kalium, Vitamin C, Folat, Magnesium dan mangan. Dalam Ukuran Porsi 100 Gram
Kacang Terdapat 47 Kalori, 0 Gram Lemak Total, Kolesterol 0 Mg, Natrium 4 Mg
(0% Nilai Harian), 8 gram karbohidrat total (2% Nilai Harian), dan 3 gram
protein (Nilai Harian 5%). Ada Juga 17% Vitamin A, 2% Besi, 31% Vitamin C dan
5% Kalsium (Handri and Rafira, 2003).
Cara mengolah biji kacang panjang menjadi tempe sama halnya dengan
mengolah biji kedelai menjadi tempe, yaitu dimulai dari tahapan
pensortiran, pencucian pertama, perendaman, pengupasan, pencucian kedua,
perebusan, peragian dengan ragi tempe, pembungkusan dan penyimpanan.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut, yaitu:
1.
Apakah biji kacang panjang bisa menjadi produk fermentasi ?
2.
Bagaimana cara mengolah biji kacang panjang menjadi produk fermentasi?
C. Solusi / Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat ditentukan
solusi/alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
1.
Biji kacang panjang dapat buat menjadi produk fermentasi seperti tempe.
Karena biji Kacang Panjang merupakan salah
satu jenis kacang-kacangan yang mempunyai kandungan gizi yang tidak kalah
tingginya dengan kacang kedelai. Dalam ukuran porsi 100 gram kacang
terdapat 47 kalori, 0 gram lemak total, kolesterol 0 mg, natrium 4 mg (0% nilai
harian), 8 gram karbohidrat total (2% nilai harian), dan 3 gram protein (nilai
harian 5%). Ada juga 17% vitamin A, 2% besi,
31% vitamin C, dan 5% kalsium.
2. Dari beberapa
solusi di atas kami memilih produk tempe degan bahan bakunya biji kacang
Panjang. Di
samping itu juga biji kacang Panjang masih belum dimanfaatkan oleh masyarakat luas
dalam untuk membuat tempe yang biasanya hanya di buat sayur. Oleh karena itu
kami terdorong melakukan kegiatan membuat tempe dari biji kacang Panjang. Kapamg yang berperan dalam pembuatan tempe ini adalah
Rhizopus oligosporus, dan. Stolonifer.
D. Tujuan Penelitian
Dalam kegiatan ini bertujuan:
1.
Untuk mengetahui cara mengolah biji kacang kacangan
menjadi produk fermentasi.
2.
Untuk mengetahui kandungan gizi biji kacang panjang yang
dijadikan produk fermentasi.
3.
Untuk mengetahui cara pembuatan tempe dari biji kacang
panjang.
E. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Pembuatan tempe ini dilaksanakan dengan 2 kali
percobaan. Pada percobaan 1 tanggal 2 Januari 2012 dan percobaan kedua tanggal
16 Januari 2012.
1.
Hari
Pertama
Pada
hari pertama ini dilakukan langkah – langkah : Pensortiran, pencucian,
perendaman, perebusan, pengupasan kulit biji kacang panjang dan pendinginan.
2.
Hari
Kedua
Pada tahap
selanjutnya melakukan peragian, pembungkusan, penyimpanan selama 3 hari
F. Rincian Biaya
No
|
Bahan
|
Harga
(Rp)
|
1
2
3
4
5
|
Biji kacang
panjang(1/2 Kg)
Ragi Tempe (5
gr)
Minyak Tanah
(1 Liter)
Daun Pisang (1
Ikat)
Plastik
|
3000
2000
7000
2000
3000
|
Total 17.000
|
BAB II
METODELOGI PENELITIAN
A. Alat Dan Bahan
1.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan tempe adalah sebagai berikut:
a.
Panci
b.
Kompor
c.
Mangkok Kecil
d.
Sendok
e.
Nyiru
f.
Baskom
g.
Penyaring
h.
Daun pisang/plastik
i.
Jarum
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan tempe adalah:
a.
Biji kacang pajang (1/2 Kg)
b.
Ragi tempe (5
gr/setengah kg bahan)
c.
Air
d.
Minyak tanah
B. Cara kerja
1.
Pensotiran: memilih biji kacang panjang yang bagus
dan membuang kotoran-kotorannya biar bersih. Biji Kacang panjang yang dipilih adalah biji
kacang panjang yang mulus, tidak memar dan kulitnya tidak keriput, karena
faktor keberhasilan fermentasi sangat ditentukan oleh jenis bahan pangan
(substrat).
|
|
2.
Pencucian pertama : Mencuci kacang hijau dengan air mengalir hingga bersih, agar
kotoran –kotoran yang masih menepel ikut mengalir dengan air tersebut
|
|
3.
Perendaman : merendam biji kacang panjang kurang
lebih 12 jam, Biji kacang panjang
direndam untuk hidrasi biji kacang panjang dan membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat
secara alami agar diperoleh keasaman yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi.
|
|
4.
Perebusan : Kacang panjang direbus menggunakan panci
selama kurang lebih 1 jam dengan
tujuan untuk mempermudah proses pengelupasan kulit biji kacang panjang dengan
tekstur biji yang tidak terlalu matang.
|
|
5.
Pengupasan : mengupas kulit dari biji kacang panjang.
Kulit biji kacang panjang dikupas agar miselium fungi dapat menembus biji
kacang panjang selama proses fermentasi.
|
|
6.
Pencucian ke 2: mencuci biji kacang panjang yang
sudah direndam dan dikupas. Proses pencucian kedua dilakukan untuk
menghilangkan kotoran yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam laktat dan agar
kulit kacang panjang tidak terlalu asam.
|
|
7.
Pendinginan
: Mendinginkan bahan
yang sudah direbus sehingga
menjadi sedikit kering , agar air yang berlebihan dapat dihindari,
karna air yang berlebihan dapat menghambat pertumbuhan kapang
|
|
8.
Peragian :
Kacang hijau diberi
ragi tempe dengan takaran sekitar
5 gr sehingga proses fermentasi akan berlangsung
|
|
9.
Pembungkusan: membungkus biji kacang panjang yang
sudah dicampur dengan ragi tempe dengan menggunakan plastic dan daun pisang
dengan ukuran 10x20 cm untuk memudahkan ragi melakukan proes fermentasi karna
proses fermentasi berlangsung secara anaerob dilubang-lubangi dengan
menggunakan jarum dengan jarak 3 cm secara vertikal dan horizontal. Tujuannya
agar udara bisa masuk ke dalam plastik selama proses fermentasi berlangsung
|
|
10. Penyimpanan:
menyimpan biji kacang pajang yang sudah dibungkus dan dibiarkan untuk
mengalami proses fermentasi kurang
lebih selama 3 hari. Selama proses penyimpanan tersebut, terjadi pertumbuhan
miselium kapang yang merekatkan biji-biji kacang panjang sehingga terbentuk
tekstur yang memadat serta menyebabkan tempe yang terbentuk berwarna putih.
|
|
DIAGRAM ALIR
Pensortiran
|
Perendaman
|
Pengupasan
|
Tempe
|
Penyimpanan
|
Perebusan
|
Pencucian Ke 1
|
Pembungkusan
|
Peragian
|
Pencucian ke 2
|
Pendinginan
|
BAB III
HASIL PENGAMATAN
A. Uji Organoleptik Percobaan 1
1. Pada daun pisang
Hari |
Rasa |
Aroma |
Warna |
Tekstur |
Gambar |
1 |
_ |
- |
- |
Lunak |
|
2 |
_ |
Tidak ada bau |
Putih kecoklatan |
Agak keras |
|
3 |
Ada rasa kacang panjangnya |
Tidak Ada bau busuk |
Putih pucat |
Keras |
|
2. Pada plastik
Hari |
Rasa |
Aroma |
Warna |
Tekstur |
Gambar |
1 |
_ |
- |
- |
Lunak |
|
2 |
_ |
Ada bau tidak sedap |
Putih kecoklatan |
Agak lunak |
|
3 |
Rasa tidak layak tuk dimakan |
Bau tidak sedap semakin terasa |
Coklat pucat |
Lembek sekali dan berair |
|
B. Uji Organoleptik Percobaan ke 2
Pada plastic saja
Hari |
Rasa |
Aroma |
Warna |
Tekstur |
Gambar |
1 |
_ |
- |
- |
Lunak |
|
2 |
_ |
Tidak ada bau |
Putih kecoklatan |
Agak keras |
|
3 |
Tidak baik dimakan |
bau tidak sedap |
Coklat pucat |
Lembek dan berair |
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada
praktikum dilakukan fermentasi pada
pembuatan tempe. Fermentasi adalah proses produksi energy dalam sel dalam
keadaan anaerob (tanpa oksigen). Melalui proses fermentasi kacang panjang
menjadi lebih enak dan meningkat nilai nutrisinya. Tempe dapat dibuat dari
berbagai bahan, akan tetapi pada paraktikum di buat dari kacang panjang. Bahan
utama pembuatan tempe terdiri dari air, kacang panjang dan ragi tempe. Syarat
mutu kacang panjang untuk memproduksi tempe tahu kualitas pertama adalah
sebagai berikut : a). Bebas dari sisa tanaman seperti kulit palang, potongan
batang atau ranting, batu, kerikil, tanah atau biji-bijian. b) Biji kacang
panjang tidak luka atau bebas serangan hama dan penyakit. c) Biji kacang
panjang tidak memar. d) Kulit biji tidak keriput.
Tempe adalah
makanan hasil fermentasi di buat dari kacang-kacangan yang diinokulasi dengan
jamur Rhizopus Oligosporus sehingga
membentuk padatan kompak yang berwarna putih. Fermentasi tempe mampu
menghilangkan zar-zat yang tidak diinginkan yang terdapat pada kacang panjang.
Proses pembuatan tempe meliputi pemilihan kacang panjang, penimbangan,
perendaman, pengupasan kulit ari, pencician, pengukusan, penirisan,
inokulasi,pengemasan, fermentasi, dan
pemanenan.
Proses
pembuatan tempe melibatkan tiga faktor pendukung, yaitu bahan baku yang
dipakai (kacang panjang), mikroorganisme (kapang tempe), dan
keadaan lingkungan (suhu,
pH, dan kelembaban). Proses
ini terdiri atas
dua tahap, yaitu
tahap persiapan dan tahap pengolahan.
a. Tahap Persiapan
1. Persiapan
ragi
Ragi tempe
sebenarnya adalah kumpulan
spora jamur yang tumbuh di atas tempe. Jamur
tersebut umumnya terdiri
atas empat jenis,
yaitu: Rhyzopus olligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus arrhizus, dan Rhyzopus
oryzae. Oleh karena
itu, bahan utama
dalam pembuatan ragi tempe adalah tempe itu sendiri
2. Penyiapan bahan
baku
Tahap ini
meliputi: pembersihan (sortasi)
kacang panjang, pencucian,
perendaman kacang panjang selama
6-12 jam agar kedelai mengalami pemekaran,
dan pencucian kembali serta
diakhiri dengan penirisan,
sehingga dihasilkan kacang
panjang basah siap pakai.
b. Tahap Pengolahan
Pada dasarnya
proses pembuatan tempe
merupakan proses penanaman mikroba
jenis jamur Rhizopus sp pada
media kacang panjang, sehingga terjadi
proses fermentasi kacang panjang oleh ragi
tersebut. Hasil fermentasi
menyebabkan tekstur kacang panjang menjadi
lebih lunak, terurainya
protein yang terkandung dalam
kacang panjang menjadi lebih
sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan
dari kacang panjang yang tidak melalui
proses fermentasi. Masing-masing
langkah kerja pada pengolahan
kedelai menjadi produk tempe yaitu; Perebusan yang bertujuan untuk melunakkan,
dilanjutkan dengan perendaman menggunakan air perebusnya selama 24
jam, yang bertujuan untuk menurunkan derajat
keasaman kedelai sehingga dapat ditumbuhi jamur (pH 4-5). Kacang
panjang yang telah
direndam, ditiriskan dan selanjutnya dikupas, dan dicuci beberapa
kali hingga kacang panjang tidak berbau asam lagi dan kulit kedelai yang
tertinggal sesedikit mungkin.
Air yang digunakan pada setiap tahapan proses harus
memenuhi syarat sebagai air minum yaitu jernih, tidak berwarna, tidak berbau
dan syarat -syarat lainnya yang sudah ditetapkan dalam standar air minum.
Kacang panjang yang kurang bersih dalam pencucian akan mempengaruhi dalam proses fermentasi ,
begitupun pada waktu pengupassan kulit ari harus benar-benar terkelupas supaya
jamur dapat menutupi pori-pori kacang kedelai Setelah pencucian, dilakaukan
perendaman kedelai dalam air bersih. Maksud merendaman ini adalah untuk
melunakan struktur sekulernya, mengurangi jumlah enegy yang diperlukan untuk
menggilingnya, meningkatkan kecepatan ekstraks. Lamanya perendaman ini
bervariasi tergantung pada suhu air, varietas kacang panjang dan umurnya.
Pada praktikum perendaman dilakukan selama 12 jam. Kacang
panjang yang telah tersimpan lebih dari 6 bulan, dan yang ukuranaya kecil
serata kerasa memerlukan memerlukan waktu perendaman ynag lebih lama, untuk
member kesempatan masuknya air kedalam panjan. Perendaman merupakan tahapan
yang penting dalam proses pembutan tempe. Dalam pertumbuhan kapang tempe
membutuhkan substrat yang asam atau PH rendah kisaran 3.6 dan selam perendama
PH air turun dari 6,5 samapi antara 4,5-5,0. Perendaman dimaksudkan
menginaktifkan baketri yang tidak diinginkan. Kacang panjang mengandung senyawa
rafinosa dan stakiosa yang dapat menyebabkan perut kembung. Namun selamam
proses perendaman beberapa bakteri mampu merombak rafinoso dan stakiosa menjadi
senyawa yang lebih sederhana, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan
pencernaan dan perut kembung
Pada praktikum
dilakukan perlakuan yaitu kacang panjang disortir terlebih dahulu sebelum direndam
dan dicuci. Setelah itu direndam baru dengan lama 12 jam peerendaman baru kemudian
setelah direndam langsung direbus selama 30 menit setelah air mendidih, yaitu
sampai sampai ¾ matang. Pada pengukusan kacang panjang jangan telalu matang
supaya tidak mudah busuk pada proses fermentasi. Dan jangan terlalu mentah biar
tidak keras dan cepat ditumbuhi jamur. Setelah
itu dilakukan Pengupasan kulit ari karena dalam kuit ari tersebut mengandung
senyawa anti jamur. Pada pengupasan kulit ari diusahakan keeping biji kacang
panjang terpisah karena penetrasi miselium kapanglebih cepat.
Selanjutnya
kacang panjang yang telah dikupas dicuci bersih kemudian kacang panjang
ditiriskan dan diangin-anginkan biar kadar airnya turun karena dalam keadaan
basah jamur tidak dapat menempel pada kacang panjang, akhirya tidak ditumbuhi
miselia pada permukaan kacang panjang. Peniriasan dilakuakn agar kelebihan air
dapat dihindari, jika air bebas yang tersedia terlalu banyak akan mendorong
pertumbuhan bakteri namun bila terlalu sedikit dapat menyebabkan dihirasi pada
permukaan kacang panjang sehingga menghambat pertumbuhan kapang. Sedangkan
pendinginan dimaksudkan agar suhu kedelai turun sesuai suhu kamar karena bila
suhu kacang panjang terlalu teinggi saat inokulasi maka pertumbuhan kapang akan
terganggu. Setelah dingin dilakukan inokulasi yaitu pemberian jamur tempe
sebanyak 0,5 gram kedelai kering, jenis jamur tempe yang dipakai yaitu Rhizopus Oligosporus sehingga membentuk
padatan kompak yang berwarna putih. Dalam proses inokulasi diperlukan tingkat
kebersihan yang tinggi, karena pada tahp ini rentan sekali terjadi kontaminasi.
Setelah merata kemudian dikemas pada dua kemasan yaitu pada plastic dan daun
pisang. Sebelumnya plastic yang digunakan untuk mengemas di beri lubang dengan
ditusuk-tusuk menggunakan jarum jarak 3 cm secara vertiksl dan horizontal.
Tujuannya agar ada udara yang masuk ke dalam selama proses fermentasi
berlangsung, karena berdasarkan kebutuhan oksigenya fermentasi tempe termasuk
tipe aerob yaitu fermentasi yang pada prosesnnya memerlukan oksigen, semua
organism untuk hidupnya memerlukan sumber energy yang diperoleh dari hasil
metebolisme bahan pangan dimana organism itu berada.Mikroorganisme adalah
organism yang memerlikan energy tersebut. Bahan energy yang paling banyak
digunakan mikroorganisme untuk tumbuh adalah glukosa dengan adanya oksigen maka
organisme dapat menerima glukosa menghasikan karbondioksida dan sejumlah besar
energy. Syarat kemasan tempe anatara lain:
dapat memberian cukup oksigen yang dibutuhkan kapang, dan dapat memungkinkan
pengeluaran uap air, sehingga air tidak menempal pada kacang panjang yang dapat
mendorong pertumbuhan bakteri kontaminan.
Kacang
panjang yang telah di kemas langsung di fermentasi selama 2 hari, disimpan pada
suhu kamar 31 C. Fermentasi merupakan tahap terpenting dalam proses pembuatan
tempe. pada tahap fermentasi terjadi
penguraian karbohidrat, lemak, protein dan senyawa- senyawalain dalam kacang
panjang menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga mudah dimanfaatkan
tubuh. Pada proses fermentasi kacang panjang menjadi tempe terjadi aktivitas
enzim amilolitik, lipolitik dan proteolitik, yang diproduksi oleh kapang Rhizopus
oligosporus (Karmini 1996, dalam
Yaniex 2009). . Fermentasi dipengaruhi oleh suhu dan konsentari laru, semakin
tinggi suhu fermentasi semakin cepat
pertumbuhan kapang namun apabila suhu fermentasi mencapai lebih dari 40 C akan
menghambat pertumbuhan kapang.
Pada percobaan pembuatan tempe dari kacang panjang dilakukan dua kali percobaan yaitu percobaan ke-1 dan percobaan ke-2. Pada percobaan pertama didapatkan hasil yang tidak memuaskan yaitu kacang panjang yang diolah menjadi tempe yang di bungkus dengan daun pisang berhasil, dari data yang dilihat di table terdapat tekstur yang keras, warnanya putih pucat, aromanya tidak terdapat bau dan rasanya agak ada rasa kacang panjang. Sedangkan pada tempe yang dibungkus plastic tidak berhasil, diperoleh rasa yang tidak dimakan, aromanya bau, warnanya coklat pucat dan teksturnya lembek sekali dan berair.
Faktor keberhasilan fermentasi sangat ditentukan oleh jenis bahan pangan (subsrat). Mikroba membentuk energy yang berasal dari karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan zat-zat gizi lainya yang ada dalam bahan pangan (substrat). Demikian pula dengan macam mikrobanya, yang perlu dimiliki mikroba adalah harus mampu tumbuh pada substrat dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya, dan mikroba harus mampu mengeluarkan enzim-enzim penting yang dapat melakukan perubahan yang dikehendaki secara kimiawi.
Perubahan warna
ini menunjukkan adanya
reaksi kimia pada proses inkubasi. Jamur
Rhizopus sp tergolong
makhluk hidup. Oleh karena
itu ia juga melakukan respirasi. Respirasi merupakan
reaksi kimia atau
perubahan kimia.
Pada
plastic penyebab tidak berhasilnya
fermentasi tempe karena kesterilan alat dan bahan yang digunakan, ksterilan
tangan dari praktikan yang tidak dicuci terlebih dahulu, berbicara ketika
melakukan pengupasan dan proses peragian sehingga terkontaminasi dengan
masuknya mikroba yang merugikan dan menghambat proses fermentasi. Kemudian pada
proses pembungkusan penyebab tidak berhasilnya adalah kurangnya aerasi. Salah satu
zat yang dilepaskan dari
peristiwa respirasi adalah gas karbondioksida dan uap
air. Uap air
itulah yang menyebabkan permukaan dalam plastik pembungkus tempe
basah oleh titik-titik air. Kemudian tidak terlalu kering pada proses pendinginan,airnya belum jatuh
semua sehingga ketika dalam pembungkusan airnya menguap semakin banyak. Pada
proses peragian belum meratanya ragi pada kacang panjang dan alat yang
digunakan sudah terkontaminasi oleh mikroba lain sehingga mengakibatkan
penurunan mutu kacang panjang dan bahkan membuat kegagalan dalam prouksi tempe
tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil
percobaan setelah dibahas dapat diambil kesimpulan yaitu:
1.
Kacang panjang dapat dibuat menjadi produk tempe
melalui fermentasi
2.
Kacang panjang dapat dibuat menjadi produk tempe
melalui fermentasi, dan hanya saja harus ada perlakuan yang lebih tepat untuk
menghindari terbentuknya aroma yang busuk
3.
Faktor penyebab tidak berhasilnya tempe yang dibuat
adalah ksterilan alat yang digunakan,peragian yang tidak merata, kurangnya
aerasi pada saat pembungkusan, pada saat peragian dilakukan dengan cara sambil
berbicara
4.
Setelah melakukan praktikun dapat disimpulkan bahwa
pada proses pembuatan tempe dalam proses inokulasi diperlukan tingkat
kebersihan yang tinggi, karena pada tahap ini rentan sekali terjadi
kontaminasi. Faktor keberhasilan fermentasi sangat ditentukan oleh jenis bahan
pangan (subsrat). Demikian pula dengan macam mikrobanya, yang perlu dimiliki
mikroba adalah harus mampu tumbuh pada substrat dan mudah beradaptasi dengan
lingkungannya
B. Saran
Dalam pembuatan tempe
hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu harus memperhatikan cara pengupasan yang
baik, perebusan, inokulum tempe, aerasi
dan kelembaban, ksterilan alat dan bahan, kebersihan tangan yang memegang serta
yang paling utama yaitu mengetahui tahapan dalam membuat tempe. Dalam setiap
melakukan langkah kerja harus mempunyai dasar ilmiahnya, supaya mengetahui
tujuan dasar melakukan setiap langkah kerja.