PEMBUATAN TEMPE BIJI KECIPIR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kacang-kacangan
telah lama dikenal sebagai sumber
protein yang saling melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras dan gandum.
Komoditi ini juga ternyata potensial sebagai sumber zat gizi lain selain
protein, yaitu mineral, vitamin B, karbohidrat kompleks dan serat makanan. Selain diolah secara tradisional dengan direbus, dikukus, dan
disayur, sebenarnya potensi penggunaannya sangat luas untuk menghasilkan produk
baru. Misalnya sebagai bahan baku tepung campuran (flour mix) yang dapat
digunakan dalam pembuatan berbagai produk pangan, termasuk makanan bayi.
Tanaman
kecipir (Psophocarpus tetragonolobus) dikenal masyarakat umumnya karena buah
mudanya sering dibuat sayur dan bahan pecel. Padahal bukan sekadar itu yang
dapat dipersembahkan kecipir, bijinya yang sudah tua dapat diolah menjadi aneka
produk bahan fermentasi.
Biji
kecipir kaya akan asam amino lisin, mencapai 413-600 mg per 100 g N, sedangkan
pada kedelai hanya 399 mg per 100 g N. Asam amino lisin berperan penting dalam
proses pertumbuhan. Kandungan lisin pada biji kecipir dapat dipakai untuk
menutupi kekurangan lisin pada bahan pangan pokok, seperti beras, jagung, dan
umbi-umbian. Karena itu, biji kecipir sangat baik sebagai lauk berbagai
hidangan.
Proses
fermentasi dalam pengolahan pangan termasuk kacang-kacangan adalah proses
pengolahan pangan dengan menggunakan aktivitas mikroorganisme secara terkontrol
untuk meningkatkan keawetan pangan dengan dioproduksinya asam atau alkohol, untuk menghasilkan produk
dengan karekateristik flavor dan aroma
yang khas, atau untuk menghasilkan pangan dengan mutu dan nilai yang lebih
baik. Contoh-contoh produk pangan
fermentasi ini bermacam-macam; mulai dari produk tradisional (misalnya tempe,
tauco, tape, dll) sampai kepada produk yang modern (misalnya salami dan
yoghurt).
B.
Permasalahan
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka didapatkan beberapa permasalahan, yaitu:
- Apakah biji kecipir bisa diolah menjadi produk fermentasi seperti tempe ?
- Bagaimana cara mengolah biji kecipir menjadi produk fermentasi ?
C.
Solusi Alternatif
Berdasarkan
permasalahan diatas, maka dapat ditentukan solusi alternatif pemecahan masalah
sebagai berikut :
- Biji kecipir dapat buat menjadi produk fermentasi seperti tempe. Cara mengolah biji kecipir menjadi tempe sama halnya dengan mengolah kacang kedelai menjadi tempe. Biji kecipir merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang mempunyai kandungan gizi yang tidak kalah tingginya dengan kacang kedelai.
- Dari beberapa solusi di atas dipilih produk tempe sebagai tema kegiatan praktikum, namun bahan bakunya dari biji kecipir. Di samping itu juga biji kecipir masih belum dimanfaatkan oleh masyarakat luas dalam membuat tempe. Oleh karena itu dalam melakukan kegiatan praktikum ini, terdorong inisiatif untuk membuat tempe dari biji kecipir. Bakteri yang berperan dalam pembuatan tempe ini adalah Rhizopus oligosporus, dan Stolonifer. Cara mengolah biji kecipir menjadi tempe sama halnya dengan mengolah biji kedelai menjadi tempe, yaitu dimulai dari tahapan pensortiran, pencucian pertama, perendaman, pengupasan, pencucian kedua, perebusan, dan peragian dengan ragi tempe, pembungkusan, dan penyimpanan. Hanya saja pada tahap perendaman dan perebusannya membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan membuat tempe dari kedelai, karena kulit ari serta isi/kotiledon dari biji kecipir teksturnya lebih keras.
D.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui kandungan gizi yang dimiliki oleh tempe
yang berasal dari biji kecipir?
2.
Untuk mengetahui cara pembuatan tempe dari biji kecipir?
3.
Untuk mengetahui manfaat menkonsumsi tempe dari biji
kecipir?
4.
Untuk mensolusikan bahan dasar pembuat tempe yakni
kedelai diganti menjadi biji kecipir?
5.
Untuk mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa biji
kecipir bisa dibuat tempe?
E.
Jadwal Kegiatan
Pembuatan
tempe ini dilaksanakan pada tanggal 03 januari 2012 yakni:
1.
Hari Pertama
Pada hari pertama ini
dilakukan langkah–langkah sebagai berikut: Pensortiran, perendaman,
2.
Hari Kedua
Pada hari kedua ini dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut: perebusan, pengupasan kulit biji kecipir, pendinginan,
peragian, pembungkusan, penyimpanan selama 3 hari
3. Hari Ketiga
Pada hari
ketiga dilakukan kegiatan pengontrolan untuk ketahap selanjutnya sampai
terbentuk sempurna menjadi tempe.
F.
Rincian Biaya
BAHAN
|
HARGA
|
·
Biji
kecipir ½ kg
·
Minyak
tanah 1 liter
·
Ragi/bungkus
·
Plastik/bungkus
|
·
Rp.7.000
·
Rp.7.000
·
Rp.10.000
·
Rp.5.000
|
Total:
|
Rp.29.000
|
BAB II
METODOLOGI
A. Alat
dan Bahan
ALAT
|
BAHAN
|
1. Kompor
2. Ember
3. Plastik
4. Sendok
5. Rak bambu
6. Panci
7. Peniris
|
1. Biji kecipir 1/2 kg
2. Ragi tempe
3. Air untuk merebus dan
mencucinya
|
B. Cara
Kerja
Kegiatan
|
Gambar
|
1. Pensortiran
memilih biji kecipir yang bagus dan membuang biji yang
kurang baik serta kotoran-kotorannya
biar bersih. Biji kecipir yang
dipilih adalah biji yang mulus, tidak memar dan kulitnya tidak keriput,
karena faktor keberhasilan fermentasi sangat ditentukan oleh jenis bahan
pangan (substrat).
|
|
2. Pencucian
ke 1
mencuci
biji kecipir yang telah dipilih dengan air mengalir hingga bersih.
|
|
3. Perendaman
merendam
biji kecipir kurang lebih 24 jam, Biji kecipir direndam untuk hidrasi biji kacang
panjang dan membiarkan terjadinya fermentasi asam
laktat secara alami agar diperoleh keasaman yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan fungi.
|
|
4. Perebusan
merebus biji kecipir selama 1 jam
bertujuan untuk memperoleh biji kecipir yang matang.
|
|
5. Pengupasan
mengupas
kulit biji kecipir. Kulit biji kecipir dikupas agar miselium fungi dapat
menembus biji kecipir selama proses fermentasi.
|
|
6. Pencucian ke 2
mencuci
biji kecipir yang sudah direndam dan dikupas. Proses pencucian kedua
dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang mungkin dibentuk oleh bakteri asam
laktat dan agar kulit kecipir tidak terlalu asam.
|
|
7. Pendinginan
mendinginkan bahan yang sudah direbus, agar air yang
berlebihan dapat dihindari, karna air yang berlebihan dapat menghambat
pertumbuhan kapang.
|
|
8. Peragian
biji kecipir
diberi ragi tempe dan diaduk rata.
|
|
9. Pembungkusan
pembungkusan biji kecipir yang sudah tercampur dengan
ragi tempe selanjutnya dibungkus dengan menggunakan plastik dengan ukuran 10
X 20. Setelah itu plastik dilubangi dengan lidi agar udara bisa masuk ke
dalam plastik selama proses fermentasi berlangsung, karena berdasarkan
kebutuhan oksigennya fermentasi tempe termasuk tipe aerob yaitu fermentasi
yang pada prosesnya memerlukan oksigen dalam respirasi sel pada mikroba yang
berperan dalam proses fermentasi tersebut.
|
|
10. Penyimpanan
menyimpan biji kecipir yang sudah dibungkus dan
dibiarkan untuk mengalami proses fermentasi
kurang lebih selama 3 hari. Selama proses penyimpanan tersebut, terjadi
pertumbuhan miselium kapang yang merekatkan biji-biji kecipir sehingga
terbentuk tekstur yang memadat serta menyebabkan tempe yang terbentuk
berwarna putih.
|
|
Diagram Alir
|
|||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||
BAB III
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Organoleptik
hari
|
rasa
|
aroma
|
warna
|
tekstur
|
gambar
|
|
berhasil
|
gagal
|
|||||
1
|
Tidak ada perubahan
|
Tidak ada perubahan
|
Tidak ada perubahan
|
Tidak ada perubahan
|
|
|
2
|
Tidak ada perubahan
|
Menyengat bau
kecipir
|
Putih keabuan
|
Agak lunak
|
||
3
|
Agak pahit
|
Berbau khas kecipir yang menyengat
|
Putih
keabu-abuan dan hitam sedikit
|
lunak
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
Tempe adalah makanan hasil fermentasi di buat dari
kacang-kacangan yang diinokulasi dengan jamur Rhizopus Oligosporus sehingga
membentuk padatan kompak yang berwarna putih. Fermentasi tempe mampu
menghilangkan zar-zat yang tidak diinginkan yang terdapat pada biji kecipir. Proses pembuatan tempe meliputi pemilihan
biji kecipir, penimbangan, perendaman, pengupasan kulit ari, pencician,
pengukusan, penirisan, inokulasi,pengemasan, fermentasi, dan pemanenan.
Percobaan pembutan tempe dari biji kecipir merupakan salah satu kegiatan yang memanfaatkan mikroorganisme. Namun demikian yang biasa dikenal dengan tempe oleh masyrakat pada umumnya ialah tempe yang dibuat dari kacang kedelai. Sedangkan untuk tempe dari bahan lain, identitasnya harus disertai nama bahannya. Seperti pada percobaan ini adalah pembutan tempe biji kecipir. Pada proses pembutan tempe biji kecipir proses pembuatannya sama dengan proses pembutan tempe kacang kedelai. Tetapi, hanya saja dalam tahapan-tahapan pembutannya ada yang dimodifikasi untuk mendapatkan tempe biji kecipir yang bagus. Biji kecipir merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang mempunyai komposisi gizi yang baik, protein dan karbohidrat biji kecipir bahkan mengungguli kacang tanah dan hampir setara dengan kacang kedelai.
Biji kecipir
kaya akan asam amino lisin, mencapai 413-600 mg per 100 g N, sedangkan pada
kedelai hanya 399 mg per 100 g N. Asam amino lisin berperan penting dalam
proses pertumbuhan. Kandungan lisin pada biji kecipir dapat dipakai untuk
menutupi kekurangan lisin pada bahan pangan pokok, seperti beras, jagung, dan
umbi-umbian. Karena itu, biji kecipir sangat baik sebagai lauk berbagai
hidangan.
Pada
praktikum tersebut dibuat enam bungkus tempe, dari keenam bungkus tersebut
hanya dua bungkus yang berhasil sedangkan empat bungkus hasilnya busuk dan
benyek serta berbau menyengat.
Pada tabel
organoleptik, tempe yang berhasil berwarna putih keabu-abuan dan hitam sedikit
yang mempunyai rasa menyengat seperti rasa biji kecipir yang khas yakni agak
pahit, tekstur pada tempe tersebut lunak. Sedangkan pada tempe yang rusak
berwarna hitam dan miselliumnya tidak menyatu serta berbau sangat menyengat dan
benyek serta rasanya tidak enak.
Menjawab
pertanyaan dari saudari siti Ria Upairoh, penyebab dari rasa tempe kecipir
berbau menyengat dan benyek adalah disebabkan karena kurangnya pada proses
pengeringan sehingga masih ada air yang tersisa pada bagian bawah biji
tersebut.
Pertanyaan
kedua berasal dari saudara Rosihan, tempe yang dibuat ada yang berhasil dan
tidak berhasil. Pada praktikum tersebut dibuat enam bungkus dan yang berhasil
ada dua karena ditaruh di dalam kotak dimana ditaruh pada bagian atas dan
bawah. Pada bagian atas tempe tersebut berhasil sedangkan pada bagian bawah
gagal semuanya, disebabkan karena pada bagian bawah tidak diberi lubang pada
kotak tersebut sehingga pertukaran udaranya tidak maksimal.
Proses
pembuatan tempe melibatkan tiga faktor pendukung, yaitu bahan baku yang
dipakai (biji kecipir), mikroorganisme (kapang tempe), dan
keadaan lingkungan tumbuh
(suhu, pH, dan kelembaban). Proses
ini terdiri atas
dua tahap, yaitu
tahap persiapan dan tahap pengolahan.
a. Tahap Persiapan
1. Pembuatan ragi
Ragi tempe
sebenarnya adalah kumpulan
spora jamur yang tumbuh di atas tempe. Jamur
tersebut umumnya terdiri
atas empat jenis,
yaitu: Rhyzopus olligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus arrhizus, dan Rhyzopus
oryzae. Oleh karena
itu, bahan utama
dalam pembuatan ragi tempe adalah tempe itu sendiri
2. Penyiapan bahan baku
Tahap ini
meliputi: pembersihan (sortasi)
biji kecipir, pencucian,
perendaman biji kecipir selama
6-12 jam agar biji kecipir mengalami pemekaran,
dan pencucian kembali serta
diakhiri dengan penirisan,
sehingga dihasilkan biji kecipir
basah siap pakai.
b.
Tahap Pengolahan
Pada dasarnya
proses pembuatan tempe
merupakan proses penanaman mikroba
jenis jamur Rhizopus sp pada
media biji kecipir, sehingga terjadi
proses fermentasi biji kecipir oleh ragi
tersebut. Hasil fermentasi
menyebabkan tekstur biji kecipir menjadi
lebih lunak, terurainya
protein yang terkandung dalam
biji kecipir menjadi lebih
sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan
produk pangan dari biji kecipir yang tidak melalui proses fermentasi. Masing-masing langkah
kerja pada pengolahan kedelai menjadi produk tempe yaitu; Perebusan yang
bertujuan untuk melunakkan, dilanjutkan dengan perendaman menggunakan air
perebusnya selama 24 jam, yang
bertujuan untuk menurunkan derajat
keasaman kedelai sehingga dapat ditumbuhi jamur (pH 4-5). Biji
kecipir yang telah
direndam, ditiriskan dan selanjutnya dikupas, dan dicuci beberapa
kali hingga biji kecipir tidak berbau asam lagi dan kulit kedelai yang
tertinggal sesedikit mungkin.
Air
yang digunakan pada setiap tahapan proses harus memenuhi syarat sebagai air
minum yaitu jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan syarat -syarat lainnya
yang sudah ditetapkan dalam standar air minum. Biji kecipir yang kurang bersih
dalam pencucian akan mempengaruhi dalam
proses fermentasi , begitupun pada waktu pengupassan kulit ari harus
benar-benar terkelupas supaya jamur dapat menutupi pori-pori kacang kedelai
Setelah pencucian, dilakaukan perendaman kedelai dalam air bersih. Maksud
merendaman ini adalah untuk melunakan struktur sekulernya, mengurangi jumlah
enegy yang diperlukan untuk menggilingnya, meningkatkan kecepatan ekstraks.
Lamanya perendaman ini bervariasi tergantung pada suhu air, varietas biji kecipir
dan umurnya.
Pada
praktikum perendaman dilakukan selama 12 jam. Biji kecipir yang telah tersimpan
lebih dari 6 bulan, dan yang ukuranaya kecil serata kerasa memerlukan waktu
perendaman yang lebih lama, untuk member kesempatan masuknya air kedalam panjan.
Perendaman merupakan tahapan yang penting dalam proses pembutan tempe. Dalam
pertumbuhan kapang tempe membutuhkan substrat yang asam atau PH rendah kisaran
3.6 dan selam perendama PH air turun dari 6,5 samapi antara 4,5-5,0. Perendaman
dimaksudkan menginaktifkan baketri yang tidak diinginkan. Biji kecipir
mengandung senyawa rafinosa dan stakiosa yang dapat menyebabkan perut kembung.
Namun selama proses perendaman beberapa bakteri mampu merombak rafinoso dan
stakiosa menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga dapat mencegah
terjadinya gangguan pencernaan dan perut kembung
Pada
praktikum dilakukan perlakuan yaitu biji kecipir disortir terlebih dahulu
sebelum direndam dan dicuci. Setelah itu direndam baru dengan lama 12 jam perendaman
baru kemudian setelah direndam langsung direbus selama 30 menit setelah air
mendidih, yaitu sampai sampai ¾ matang. Pada pengukusan biji kecipir jangan
telalu matang supaya tidak mudah busuk pada proses fermentasi. Dan jangan
terlalu mentah biar tidak keras dan cepat ditumbuhi jamur. Setelah itu dilakukan Pengupasan kulit ari
karena dalam kuit ari tersebut mengandung senyawa anti jamur. Pada pengupasan
kulit ari diusahakan keeping biji biji kecipir terpisah karena penetrasi miselium
kapanglebih cepat.
Selanjutnya
biji kecipir yang telah dikupas dicuci bersih kemudian biji kecipir ditiriskan
dan diangin-anginkan biar kadar airnya turun karena dalam keadaan basah jamur
tidak dapat menempel pada biji kecipir, akhirya tidak ditumbuhi miselia pada
permukaan biji kecipir. Peniriasan dilakuakn agar kelebihan air dapat
dihindari, jika air bebas yang tersedia terlalu banyak akan mendorong
pertumbuhan bakteri namun bila terlalu sedikit dapat menyebabkan dihirasi pada
permukaan biji kecipir sehingga menghambat pertumbuhan kapang. Sedangkan
pendinginan dimaksudkan agar suhu kedelai turun sesuai suhu kamar karena bila
suhu biji kecipir terlalu teinggi saat inokulasi maka pertumbuhan kapang akan
terganggu. Setelah dingin dilakukan inokulasi yaitu pemberian jamur tempe
sebanyak 0,5 gram kedelai kering, jenis jamur tempe yang dipakai yaitu Rhizopus
Oligosporus sehingga membentuk padatan kompak yang berwarna putih. Dalam
proses inokulasi diperlukan tingkat kebersihan yang tinggi, karena pada tahp
ini rentan sekali terjadi kontaminasi. Setelah merata kemudian dikemas pada dua
kemasan yaitu pada plastic dan daun pisang. Sebelumnya plastic yang digunakan
untuk mengemas di beri lubang dengan ditusuk-tusuk menggunakan jarum
jarak 3 cm secara vertiksl dan horizontal. Tujuannya agar ada udara yang
masuk ke dalam selama proses fermentasi berlangsung, karena berdasarkan
kebutuhan oksigenya fermentasi tempe termasuk tipe aerob yaitu fermentasi yang
pada prosesnnya memerlukan oksigen, semua organism untuk hidupnya memerlukan
sumber energi yang diperoleh dari hasil metebolisme bahan pangan dimana
organisme itu berada. Mikroorganisme adalah organism yang memerlikan energy
tersebut. Bahan energi yang paling banyak digunakan mikroorganisme untuk tumbuh
adalah glukosa dengan adanya oksigen maka organisme dapat menerima glukosa
menghasilkan karbondioksida dan sejumlah besar energi. Syarat kemasan tempe anatara lain: dapat
memberian cukup oksigen yang dibutuhkan kapang, dan dapat memungkinkan
pengeluaran uap air, sehingga air tidak menempal pada biji kecipir yang dapat
mendorong pertumbuhan bakteri kontaminan.
Biji
kecipir yang telah di kemas langsung di fermentasi selama 2 hari, disimpan pada
suhu kamar. Fermentasi merupakan tahap terpenting dalam proses pembuatan
tempe. pada tahap fermentasi terjadi penguraian
karbohidrat, lemak, protein dan senyawa- senyawalain dalam biji kecipir menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil sehingga mudah dimanfaatkan tubuh. Pada proses
fermentasi biji kecipir menjadi tempe terjadi aktivitas enzim amilolitik,
lipolitik dan proteolitik, yang diproduksi oleh kapang Rhizopus oligosporus.
Fermentasi dipengaruhi oleh suhu dan konsentari laru, semakin tinggi suhu fermentasi semakin cepat pertumbuhan kapang
namun apabila suhu fermentasi mencapai lebid dari 40 C akan menghambat pertumbuhan
kapang.
Faktor
keberhasilan fermentasi sangat ditentukan oleh jenis bahan pangan (subsrat).
Mikroba membentuk energy yang berasal dari karbohidrat, protein, lemak,
mineral, dan zat-zat gizi lainya yang ada dalam bahan pangan (substrat).
Demikian pula dengan macam mikrobanya, yang perlu dimiliki mikroba adalah harus
mampu tumbuh pada substrat dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya, dan
mikroba harus mampu mengeluarkan enzim-enzim penting yang dapat melakukan
perubahan yang dikehendaki secara kimiawi.
Perubahan warna
ini menunjukkan adanya
reaksi kimia pada proses inkubasi. Jamur
Rhizopus sp tergolong
makhluk hidup. Oleh karena
itu ia juga melakukan respirasi. Respirasi merupakan
reaksi kimia atau
perubahan kimia.
Pada
plastik Penyebab tidak berhasilnya
fermentasi tempe karena kesterilan alat dan bahan yang digunakan, kesterilan
tangan dari praktikan yang tidak dicuci terlebih dahulu,berbicara ketika
melakukan pengupasan dan proses peragian sehingga terkontaminasi dengan masuknya
mikroba yang merugikan dan menghambat proses fermentasi.
Kemudian
pada proses pembungkusan penyebab tidak berhasilnya adalah kurangnya aerasi. Salah satu
zat yang dilepaskan dari
peristiwa respirasi adalah gas karbondioksida dan uap
air. Uap air
itulah yang menyebabkan permukaan dalam plastik pembungkus tempe
basah oleh titik-titik air.
Kemudian
tidak terlalu kering pada proses
pendinginan, airnya belum jatuh semua sehingga ketika dalam pembungkusan airnya
menguap semakin banyak. Pada proses peragian belum meratanya ragi pada biji
kecipir dan alat yang digunakan sudah terkontaminasi oleh mikroba lain sehingga
mengakibatkan penurunan mutu biji kecipir dan bahkan membuat kegagalan dalam
prouksi tempe tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data hasil percobaan setelah dibahas dapat diambil
kesimpulan yaitu:
1.
Biji kecipir dapat dibuat menjadi produk tempe melalui
fermentasi
2.
Biji kecipir dapat dibuat menjadi produk tempe melalui
fermentasi, dan hanya saja harus ada perlakuan yang lebih tepat untuk
menghindari terbentuknya tempe yang busuk
3.
Jenis kemasan (plastik) yang digunakan untuk fermentasi
tempe biji kecipir dapat mempengaruhi kualitas tempe yang dibuat terutama dari
segi fisik tempe.
4.
Cara mengolah biji kecipir menjadi tempe yaitu:
pensortiran, pencucian ke-1, perendaman, , perebusan, pencucian ke-2,
pengeringan, peragian, pengemasan dan penyimpanan.
5.
Setelah melakukan praktikun dapat disimpulkan bahwa pada
proses pembuatan tempe dalam proses inokulasi diperlukan tingkat kebersihan
yang tinggi, karena pada tahap ini rentan sekali terjadi kontaminasi. Faktor
keberhasilan fermentasi sangat ditentukan oleh jenis bahan pangan (subsrat).
Mikroba membentuk energy yang berasal dari karbohidrat, protein, lemak,
mineral, dan zat-zat gizi lainya yang ada dalam bahan pangan (substrat).
Demikian pula dengan macam mikrobanya, yang perlu dimiliki mikroba adalah harus
mampu tumbuh pada substrat dan mudah beradaptasi dengan lingkungannya, dan
mikroba harus mampu mengeluarkan enzim-enzim penting yang dapat melakukan
perubahan yang dikehendaki secara kimiawi.
B. Saran
Dalam pembuatan tempe hal-hal
yang perlu diperhatikan yaitu harus memperhatikan cara pengupasan yang baik,
perebusan, inokulum tempe, aerasi dan
kelembaban, ksterilan alat dan bahan, kebersihan tangan yang memegang serta
yang paling utama yaitu mengetahui tahapan dalam membuat tempe. Dalam setiap
melakukan langkah kerja harus mempunyai dasar ilmiahnya, supaya mengetahui
tujuan dasar melakukan setiap langkah kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar